Mengolah Sampah Dengan Sistem Ramah Lingkungan

Manusia hidup di permukaan bumi bersama-sama dengan komponen lingkungan lainnya. Secara langsung maupun tidak dan secara disadari ataupun tidak, semua unsur-unsur lingkungan yang ada di sekitar senantiasa memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. Sebagai contoh, untuk memenuhi kebutuhan makanan, manusia memanfaatkan tumbuhan dan hewan. Selain itu, dalam proses pernapasan manusia senantiasa menghirup oksigen yang terdapat di atmosfer. Pada zaman ini, hampir seluruh kegiatan manusia memanfaatkan bantuan dari teknologi. Ilmu yang semakin berkembang, menyebabkan perkembangan teknologi yang signifikan. Tetapi, tidak dapat kita tolak bahwa dibalik perkembangan teknologi tersebut sebagian besar berdampak negatif terhadap lingkungan sekitar. Di Purwokerto sendiri misalnya, mulai banyak usaha laundry, rumah makan dan kos-kosan sebagai jawaban atas kebutuhan berkembangnya kota. Inisiatif tersebut memang akan menambah penghasilan individu maupun kelompok serta membuka lapangan kerja, tetapi apakah dipikirkan kemana tempat pembuangan sampah yang menumpuk nantinya.


Sebagai mahasiswa hukum, salah satu upaya yang bisa saya lakukan adalah meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya lingkungan serta meningkatkan penegakan hukum di bidang lingkungan hidup. Lebih baik mencegah daripada memperbaiki, karena kualitas lingkungan hidup yang awal tidak akan bisa diperoleh kembali jika suatu lingkungan itu rusak. Melalui kegiatan Legal Coaching Clinic (LCC) dengan tema “Changing Home Industry to Be More Eco-Friendly to Save Our Environment For A Better Living” yang diselenggarakan oleh Asian Law Students’ Association (ALSA), saya sebagai staf divisi Alat, Transportasi, dan Perlengkapan (ATP) mengadakan penyuluhan tentang lingkungan yang merupakan salah satu cara untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup. Sasaran yang dituju dari penyuluhan ini adalah mahasiswa dan masyarakat umum. Maksud dan tujuannya adalah agar masyarakat di Purwokerto dapat memahami dengan baik apa dampak baik dan buruk dalam kegiatan home industry terhadap lingkungan hidup, sehingga dapat meningkatkan kepedulian dan aksi bersama untuk mewujudkan generasi muda yang mencintai lingkungannya.

Dalam acara LCC tersebut, saya tertarik dengan penjelasan Bapak Satiman. Beliau adalah ketua organisasi Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Adipati Mersi yang memaparkan materi mengenai pengolahan sampah dengan proses Biomethagreen yaitu sistem pengolahan sampah yang ramah lingkungan dengan menggunakan suatu alat yang bernama Biodigester dan alat tersebut mengelola sampah domestik dengan cara praktis tidak perlu pencacahan dan pengayakan. Sistem Biomethagreen ini memisahkan terlebih dahulu antara sampah organik dan sampah anorganik. Hasil dari sistem Biomethagreen pasti aman karena tidak ada pencampuran unsur kimia dalam pengolahannya. Selain itu, proses dari pengolahan sampah dengan sistem ini tidak menimbulkan bau bagi pengelola dan lingkungan sekitar. Proses Biomethagreen yang didemonstrasikan dalam acara tersebut menggunakan peralatan gentong dan alat rumah tangga lainnya sebagai alat pendukung proses decomposer, alat ini disebut Biodigester portable. Alat ini terdiri dari dua bagian yaitu, bagian input yakni lubang untuk memasukkan sampah organik, dan output yakni tempat penampungan hasil pengolahan sampah organik tersebut yaitu cairan (slurry) sebagai bahan Pupuk Organik Cair (POC).
 
Setelah acara LCC tersebut selesai, saya ingin menggali lebih dalam mengenai proses Biomethagreen. Saya kemudian berinisiatif meminta waktu Bapak Satiman agar bersedia menjelaskan lebih detail mengenai proses Biomethagreen kepada saya. Dari hasil wawancara dengan Bapak Satiman, saya mengetahui bahwa prosedur untuk menggunakan alat Biodigester dimulai dari memasukkan sampah organik ke bagian input dan dicampur oleh kotoran ternak yang telah dicairkan. Dalam tahapan ini, ada catatan bahwa tidak boleh ada sampah yang menggumpal dan menutupi permukaan air dalam bagian input tersebut. Jika terjadi penggumpalan, maka segera gunakan alat pengocok yang ada di badan Biodigester portable dengan cara menekan gumpalan sampah tersebut. Lalu untuk menghasilkan cairan (slurry) di bagian output, sampah organik tersebut harus melalui tahapan pembakaran dengan menggunakan kompor (bowler) yang didukung oleh daya listrik yang ada pada regulator dan mesin kipas. Regulator disini berfungsi sebagai alat pengatur tekanan gas. Setelah melalui tahapan tersebut, cairan (slurry) itu keluar melalui paralon dan gas itu ditampung dalam suatu wadah penampung yang ada di Biodigester. Maka, hasil akhir dari semua tahapan ini adalah POC yang bisa digunakan untuk tanaman dan sebagai bahan bakar generator.

               






                                               (1)                                    (2)                              (3)

Gambar (1), (2), dan (3) Saya Mengunjungi Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Adipati Mersi dan Melakukan Wawancara Mendalam dengan Bapak Satiman


Selain sampah organik, sampah anorganik pun bisa diolah melalu sistem Biomethagreen ini. Sampah anorganik seperti kaca, kertas, kaleng atau logam, dan plastik ditempatkan dibangunan yang dinamakan “Bank Sampah”. Hasil dari tahapan ini adalah kerajinan tangan yang bisa dijual. Selain itu, sampah kebun seperti daun-daun kering, ranting-ranting pohon dan akar tanaman mati yang disebut komposter kebun juga bisa diolah. Tahapan awalnya adalah menyiram komposter kebun tersebut dengan cairan (slurry) guna mempercepat proses pembusukan. Setelah masa waktu tiga bulan, tahapan ini akan menghasilkan pupuk kompos yang bisa digunakan untuk bercocok tanam atau berkebun. Sampah skala rumah tangga seperti sisa-sisa makanan pun bisa diolah dengan cara memasukan sampah tersebut ke Biodigester lalu disiram dengan cairan Effective Microorganisms-4 (EM-4). Setelah disiram, timbunan sampah didalam Biodigester itu didiamkan selama satu bulan dan akan menghasilkan cairan (slurry) dan kompos padat.

                                                       (4)                                                       (5)
Gambar (4) dan (5) Saya Meneliti Sampah Kebun dan Skala Rumah Tangga

Tujuan dari sistem Biomethagreen adalah sampah-sampah yang dibuang itu bisa diolah menjadi hal yang berguna. Seperti yang kita ketahui, bahwa sampah terdiri dari sampah organik dan sampah anorganik. Jika sampah-sampah tersebut dibiarkan, akan meninggalkan dampak negatif seperti timbulnya bakteri-bakteri penyakit, bencana alam seperti banjir, dan menggangu fisik dan pertumbuhan tanaman, serta pencemaran air tanah. Selain itu, sistem ini membuat umur Tempat Pembuangan Akhir (TPA) panjang. Hal ini disebabkan fungsi dari TPA itu hanya bisa menampung residu atau sisa-sisa zat pengolahan sampah. Maka dari itu, sampah yang ada di TPA harus diolah. Tujuan lain dari sistem ini adalah sebagai pelatihan dan edukasi agar masyarakat mengetahui pola hidup yang sehat. Terakhir, besar harapan bahwa pada tahun 2020 Indonesia bisa bebas sampah, salah satu upayanya adalah dengan cara sampah itu diolah dengan proses Biomethagreen.

Saya semakin bertekad untuk menyebarkan pengetahuan ini kepada teman-teman lain, serta pengusaha kos-kosan, laundry, dan rumah makan. Dengan cara tersebut, sampah dapat dikelola dengan baik, aman bagi lingkungan, serta dapat mengubah perilaku masyarakat. Pengelolaan sampah sendiri juga sudah diatur dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah dalam Pasal 12 ayat (1) disebutkan bahwa “Setiap orang dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga wajib mengurangi dan menangani sampah dengan cara yang berwawasan lingkungan”. Pasal (13) juga menyatakan bahwa “Pengelola kawasan pemukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya wajib menyediakan fasilitas pemilahan sampah”. Berdasarkan penjelasan sebelumnya, proses Biomethagreen dimulai dengan memisahkan sampah organik dan anorganik. Hal tersebut merupakan langkah awal yang sangat mudah untuk diterapkan, khususnya bagi diri saya sendiri. Langkah kecil, yang sangat membantu dalam mengelola sampah dan menjaga kebersihan lingkungan. Segala sesuatu yang besar dimulai dari hal kecil. Oleh karena itu, agar proses Biomethagreen bisa dikenal masyarakat luas saya memulai dari diri sendiri dan lingkungan sekitar saya.

                                                   (6)                                          (7)                              (8)
                                                   (9)                                                            (10)

Gambar (6), (7) dan (8) Saya Melakukan Sosialisasi Kepada Pengusaha Rumah Makan, Kos-kosan, dan Laundry Mengenai Proses Biomethagreen, serta Menjelaskan Proses Tersebut Dimulai dengan Pemisahan Sampah Organik dan Anorganik.

Gambar (9) dan (10) Saya Membantu Untuk Membersihkan Lingkungan dan Memisahkan Sampah Organik dengan Anorganik.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengolah Sampah Dengan Sistem Ramah Lingkungan

Manusia hidup di permukaan bumi bersama-sama dengan komponen lingkungan lainnya. Secara langsung maupun tidak dan secara disadari ataupun ti...